Bagaimana Cara Menjadi Orang yang Baik?
Hidup adalah suatu anugerah (pemberian/nikmat) yang harus dihargai. Kita hidup di dunia ini
HANYA satu kali. Lantas kenapa harus buang-buang waktu hanya untuk memperburuk keadaan kita di masa depan (akhirat)?
Sistematika kehidupan yang kompleks, juga auditingnya yang pasti
sangatlah rumit, telah menuntut kita untuk mempertanggungjawabkan segala
perbuatan kita.
Kepada siapa?
Tentu saja, kepada Pencipta Kehidupan ini, yang telah memberikan kita
kehidupan, yang telah memberikan kita segala keperluan hidup (panca
indra, nikmat kesehatan, pengetahuan, dll).
Tidak pantaskah kita membalas segala kebaikan-Nya? Dengan cara berusaha
memaksimalkan kinerja akal dan pikiran kita untuk mentaati segala
perintah-Nya?
Dunia ini adalah tempat ujian, dan bukan tempat bertamasya seperti yang
disangka oleh kebanyakan orang. Mereka sangat disibukkan oleh keperluan
yang tidak ada kaitannya dengan wujud rasa terima kasih atas
kebaikan-Nya.
Waktu selalu berputar kedepan, dan tak akan pernah kembali. Alam semesta ini teratur karena ada Yang Mengatur.
Selama waktu belum terlambat, kita harus selalu berusaha melakukan
perubahan kepada yang lebih baik. Kita juga harus senantiasa berusaha
memahami kebenaran berdasarkan literatur yang ada dengan cara
memperbandingkannya satu sama lain.
Karena jika kita gagal dalam kehidupan ini, maka ketahuilah, bahwa penyesalan akan hal tersebut sangat tidak terbayangkan.
Menjadi orang baik tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Namun
demikian, menjadi orang baik juga tidaklah sesulit membalikkan telapak
kaki. Kita hanya perlu keseriusan dalam menekuninya.
Artikel ini mengajak Anda untuk menjadi manusia yang baik. Yakni
manusia yang mengenal dirinya, tahu untuk apa dia diciptakan, dan kemana
dia akan mudik (kembali/pulang kampung).
Dalam artikel ini, ada beberapa link yang mengarah pada artikel
lain. Untuk mempermudah pemahaman, bacalah dulu secara keseluruhan isi
artikel ini kemudian Anda bisa mencoba untuk meng-klik link-link
tersebut.
Pengetahuan yang Luas
Pengetahuan yang luas merupakan syarat utama bagi Anda yang ingin
memaksimalkan kinerja jiwa dan akal Anda untuk menjadi orang baik.
Kemudian juga, ada beberapa hal penting yang merupakan dasar
pembentukan kesadaran seseorang untuk bisa menjadi orang baik. Hal-hal
penting tersebut harus selalu Anda renungkan agar Anda tetap ingat dan
sadar akan konsep kehidupan yang sebenarnya.
Hal-hal tersebut adalah:
- Tahu Diri
- Tahu Tuhan
- Tahu Dunia
- Tahu Akhirat
Artikel-artikel di atas adalah karangan Imam al-Ghazali. Beliau adalah tokoh kharismatik dalam ilmu kejiwaan (psikologi).
Pahami Konsep Takdir!
Kemudian, setelah Anda memahami pengetahuan tentang empat hal di atas, maka pahamilah tentang konsep takdir (baca:
Kronologi Terbentuknya Takdir).
Ini dimaksudkan agar Anda tidak cengeng dan berputus asa dalam
menghadapi realitas hidup yang ada, juga tidak berkeluh kesah atau
cenderung menyalahkan orang lain atas keadaan buruk yang menimpa.
Jadilah seorang ksatria, hadapi hidup ini dengan senyum –yang menawan
dan mempesona. Anda boleh menangis untuk sesaat (di dunia), tapi tidak
selamanya (di akhirat).
Anda adalah satu-satunya orang yang bertanggung jawab atas diri Anda.
Cintailah diri Anda dengan penuh perhatian. Berikanlah nasihat yang baik
terhadap diri Anda. Dan dengarkanlah hati nurani Anda.
Kunci Kebaikan
Kunci kebaikan itu adalah DISIPLIN terhadap pengetahuan agama.
Yakni dalam bentuk pelaksanaan aturan-aturan yang telah diperintahkan dalam agama dan menjauhi apa yang dilarang olehnya.
Dalam hadits disebutkan:
Apabila seseorang dikehendaki oleh Allah kebaikan, maka ia akan diberi pemahaman dalam hal agama.
(
Shahih Bukhari: 71 dan Shahih Muslim: 1037)
Sebab dari itu, Anda seharusnya merasa suka dan senang dalam membaca
literatur-literatur agama kemudian berusaha mengamalkannya sebaik
mungkin. Seperti membaca al-Qur’an, hadits, cerita hikmah para orang
shalih terdahulu. Juga tentang nasihat-nasihat para ulama’.
Mengapa?
Karena pada dasarnya, –seperti yang dikatakan Imam al-Ghazali– fungsi
hati seorang manusia itu adalah, suka menyerap kebenaran. Dan itu pula
yang akan menenangkan hati seseorang. Ia juga berfungsi sebagai penawar
dan penghibur hati yang luka (sedih).
Namun, demikian, penerapan disiplin tersebut bukan berarti kita harus
sok ngatur orang lain. Dalam hal ini kita hanya memfokuskan penerapan
disiplin dalam perbuatan kita, dan masalah penerapannya oleh orang lain
adalah no.2.
Kemudian,
Anda juga harus tahu nilai-nilai perbuatan Anda. Semisal, Anda harus
tahu apa “hukumnya mendengar lagu/musik”, “hukum MLM”, “apa gunanya
shalat, puasa, zakat”, “apa keuntungan berdoa”, “apa manfaat mendengar
bacaan Qur’an”, “bagaimana adab makan dan minum” dan hukum-hukum
perbuatan yang sering dilakukan sehari-hari. Anda bisa mengetahuinya
dengan mudah, seperti membaca buku terjemahan, atau cari di google, atau
bertanya kepada orang yang fasih atas masalah tersebut.
Berusahalah sedisiplin mungkin dalam melaksanakan aturan agama.
Semakin, Anda disiplin, semakin baik kepribadian Anda, yang akhirnya
menyebabkan semakin baik pula kondisi kejiwaan Anda.
Apakah Anda mau bukti tentang “kedisiplinan terhadap aturan” yang mempengaruhi nilai sesuatu?
Contohnya adalah:
Lihat dan bandingkanlah tipe ponsel Nokia tipe N85 dengan tipe 3310.
Keduanya menganut aturan-aturan kedisiplinan yang jauh berbeda.
Saya tak bermaksud menjelaskan tentang HP, saya hanya ingin Anda
mengerti dan paham konsep kedisiplinan dengan contoh analogi seperti
ini…
Kedua ponsel tersebut memiliki nilai (harga) yang sangat berbeda karena aturan kedisiplinannya yang berbeda.
N85 punya fasilitas GPS, GPRS, EDGE, 3G, support email, browsing,
complete organizer, wifi (LAN network), FM transmitter, Bluetooth dan
fitur-fitur lain yang sangat menakjubkan.
Kenapa?
Karena di tipe N85, designernya (perancangnya) telah memasangkan
komponen-komponen canggih dan menerapkan aturan-aturan terhadap ponsel
tersebut untuk melakukan fungsi-fungsi tersebut, yakni dalam hal gprs,
gps, wifi, Bluetooth, dll melalui aplikasi programnya. Ia juga bisa
dikembangkan dengan aneka ragam aplikasi yang terbaru dan ter-update,
semisal Call Manager, Messenger, dll.
Sedangkan di tipe 3310, tidaklah demikian. Tipe tersebut hanya
muter-muter di fitur SMS, display monochrome, contact, dan fitur-fitur
lainnya yang sangat terbatas.
Mengapa demikian?
Karena di tipe 3310, selain designernya tidak menginstalkan
(memasangkan) komponen yang mutakhir, dia juga tidak menyertakan
aplikasi-aplikasi yang canggih di dalam ponsel tersebut.
Nah, kaitannya dengan kita sebagai manusia adalah,
Kita adalah makhluk yang punya potensi bakat yang menakjubkan. Kita
punya akal yang bisa dikembangkan melebihi batas penilaian IQ maksimal.
Setiap kita lahir dalam keadaan buta huruf dan tak beradab (karena suka
pipis sembarangan). Namun, sebagian dari kita tumbuh menjadi orang-orang
penting yang sangat berpengaruh dalam modernisasi kehidupan ini.
Mereka telah menemukan listrik, bola lampu, mesin uap, nuklir,
komputer, jet tempur, kapal selam, bahan bakar tenaga sel surya
(matahari), satelit pengintai jarak jauh, manipulasi genetis jaringan
sel, dodol aneka rasa, dll.
Namun, demikian, kedisiplinan mereka masih dalam satu bidang saja, yakni dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dalam kenyataannya, banyak orang mampu menempuh disiplin dalam bidang ini.
Nah, bagaimana bentuk kedisiplinan dalam hal agama?
Kedisiplinan dalam hal agama adalah hal yang sangat berbeda. Dan jarang
orang mampu melakukannya, karena hambatannya yang sangat besar. Ini
masalah kebaikan dan kepuasan (kedamaian/ketenangan) hati, yang dikenal
dengan nama umum: Kebahagiaan Sejati.
Jika Anda menganggap “kebahagiaan sejati” sebagai sesuatu yang
bersifat segalanya, maka ketahuilah, bahwa disiplin terhadap perintah
agama adalah hal yang harus selalu Anda usahakan agar yang Anda inginkan
tersebut bisa terwujud.
Jika Anda tidak melakukan demikian, MAKA
Jiwa Anda yang Mulia dan akal Anda yang CANGGIH itu, hanyalah seperti
ponsel Nokia N85, namun tidak di-install aplikasi-aplikasi canggih dan
terbaru. Ia hanya digunakan untuk keperluan standar, seperti kirim SMS,
membuat dan menerima panggilan, dan keperluan standar lainnya. Ia tidak
digunakan untuk menentukan posisi seorang melalui GPS, aplikasi email
notification, messenger, menjelajahi workstation jaringan komputer, dan
aktivitas-aktivitas menakjubkan lainnya.
Apakah Anda ingin menjalani kehidupan ini hanya dalam aktivitas
sebatas lahir, hidup, dan mati begitu saja, tanpa memperoleh sesuatu
yang berharga setelah keluar dari kehidupan dunia ini?
Sangat disayangkan, potensi yang sangat besar, namun dengan implementasi (pemanfaatan) yang sangat minim.
Juga,
Apakah Anda tidak penasaran kenapa Allah memerintahkan para Malaikat dan
Jin untuk bersujud kepada Adam as., hanya karena ia bisa menyebutkan
nama buah-buahan di Surga?
Adam as. memiliki suatu keistimewaan unik yang tak dimiliki oleh
kedua golongan makhluk tersebut, yang menjadikannya paling mulia di
antara ciptaan yang ada.
Kemudian dalam konteks disiplin dalam hal agama,
Kedisiplinan dalam mematuhi perintah agama dan menjauhi larangannya,
akan membawa Anda ke posisi yang sangat tinggi dan tak bisa dibayangkan.
Dan hal ini seperti yang disebutkan sebelumnya, merupakan masalah
kejiwaan tersendiri, yang sangat sensitif, penuh rahasia, dan tak bisa
dideteksi dengan ilmu pengetahuan biasa.
Bukankah Anda pernah mendengar cerita tentang para wali yang kramat
seperti walisongo? Mereka punya kedudukan 1 level di bawah derajat para
nabi. Cerita mereka itu bukan mitos, dan bukan takhayul. Mereka
memperoleh keadaan seperti itu atas pengembangan kedisiplinannya dalam
hal agama.
Namun demikian, untuk manusia seperti saya dan Anda, sekalipun tidak
bisa seperti para wali, paling tidak kita bisa merasakan ketenangan
dalam hidup ini dengan cara berdisiplin dalam hal agama, yang akhirnya
akan mendatangkan kebahagiaan sejati, termasuk juga Surga.
Jangan seperti sebagian orang kaya yang akhirnya bunuh diri hanya
karena patah hati atau stress karena masalah yang sebenarnya sepele.
Jiwa mereka down (rusak) karena tak berdisiplin dalam agama. Jelasnya,
mereka punya jiwa yang sangat kehausan, kelaparan, dan sakit dan akal
mereka kadang terbalik. Tapi mereka tidak pernah peduli dan cuek.
Tak Ada Level Aman
Maksudnya adalah, sekalipun Anda telah bisa menjadi orang baik, maka
ketahuilah, bahwa Anda masih memiliki potensi (kecenderungan) untuk
menjadi orang yang buruk dan celaka. Anda bisa saja menjadi buruk
kembali pada suatu waktu nanti. Intinya, jangan pernah menganggap bahwa
diri Anda adalah orang baik yang telah selamat dari kecenderungan kepada
keburukan.
Satu-satunya level aman yang bisa dinikmati oleh seseorang yang baik
adalah ketika ia telah keluar dari kehidupan dunia ini, yakni setelah ia
mati. Saat itulah ia terlepas dari segala beban kehidupan yang
menyiksa, seperti, keharusan menjaga hawa nafsu, tersiksa oleh cemoohan
orang lain (karena harus bersabar), diskriminasi, ketidak-adilan
pemerintah, dll.
Jadi, selama Anda hidup di dunia ini, Anda harus tetap berusaha
menjadi orang baik dengan cara tak berputus asa dan selalu berusaha
untuk mempertahankannya. Sampai kapan? Sampai Anda harus bertemu
dengan-Nya (mati) untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatan Anda,
baik perbuatan yang baik maupun perbuatan yang buruk.
Ketahuilah, Allah telah memberikan hidup ini kepada Anda secara bebas
sesuai kehendak Anda. Anda berhak melakukan apa saja yang Anda
inginkan… dalam rentan waktu yang sangat terbatas, yakni selama ±06
tahun, bisa lebih dan bisa juga kurang.
Terakhir, yang perlu Anda ingat juga adalah,
Allah tak menciptakan manusia untuk membangkang terhadap-Nya.
Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah (mengesakan ibadahnya) kepada-Ku.
(
Adz Dzariat:56)